Sejarah Lahirnya Desa Sadapaingan


Desa Sadapaingan berdiri sejak tahun 1830, Desa ini merupakan hasil  pamekarandari Desa Muncang Pandak yang sekarang disebut Desa Cinyasag, yang termasuk wilayah kabupaten Panjalu.


Sebelum berganti nama menjadi Desa Sadapaingan sebelumnya desa ini bernama  “Paingandisada” nama tersebut diganti oleh Pangeran Saringsingan dari Kerajaan Talaga Manggung karena nama tersebut terdengar janggal maka dari itu nama Paingandisada diganti menjadi Sadapaingan.Adapun salah satu pendiri desa Sadapaingan ini  adalah seorang ulama bernama Seda Petra (Aki Seda)  yang diutus untuk menyebarkan agama islam di wilayah kerajaan Talaga Manggung, ulama ini berasal dari Limbangan Garut yang bernama.

“HIR WALAHIR HOR ANGGOGOD NGELEK PUGAG TUMPAK COGREG NGAJINGJING SADAPAINGAN NANGGEUY CIPEUNDEUY,HEUG PATANI GEURA TANGHI GUNUNG MADATI GEUS NGANTI DIPAJUARAN PANCUH KALAPA MAWA BEJA TI BOBOJONG GURILAP HERANG SISIT NILEM NA PAMUKA LAWANG CARITA BARI NGARAMPA SALIRA MALAH MANDAR ANJEUN SUKA NGABELA DESA REUJEUNG NAGARA DARIGAMA NYATANA”

            Pada zaman dahulu kala ketika Prabu Siliwangi menguasai wilayah  “tatar sunda” dengan segala bentuk kesaktiannya, namun bukan hanya itu saja yang  Prabu Siliwangi miliki melainkan ada hal lain seperti  kearifan dan kebijaksanaannya dalam berbagai tindakan dan perbuatan. Prabu Siliwangi sendiri  merupakan seorang raja yang agung  menyayangi sesama manusia terlebih terhadap rakyatnya. Waktupun terus berlalu taun berganti taun dan pada akhirnya sampailah pada saat-saat  berakhirnya kedudukan Prabu Siliwangi sebagai seorang  raja yang adil karena terdesak masuknya budaya baru, justru budaya baru tersebut  diawali oleh keturunannya.

Keturunan Prabu Siliwangi terpencar dari kerajaan padjajaran karenan adanya budaya baru. Salah satu diantaranya adalah Prabu Kian Santang yang memeluk agama Islam, sebelumnya  Prabu Siliwangi pernah  di ajak masuk Agama Islam oleh putranya.  Namun,  karena memiliki rasa tanggungjawab untuk mempertahankan budaya bangsanya maka Prabu Siliwangi tidak mau berpindah agama. Sehingga pada akhirnya dia memutuskan pergi daripada mengkhianati rakyatnya. Tidak ada yang mengetahui kepergian Prabu Siliwangi karena dia mempunyai kesaktian yang tinggi, bahkan rakyatnya menganggap bahwa Prabu Siliwangi hilang menyempurnakan diri dengan jalan “ngahiang”.Setelah ditinggal Prabu Siiwangi kini kerajaan tersebut dipegang oleh Prabu Kian Santang. Pada masa kepemimpinan Prabu Kian Santang   budaya baru yakni agama islam mulai disebarkan namun seluruh rakyat tidak dipaksa untuk memeluk agama islam.

Prabu Kian Santang akhirnya  berhasil menarik perhatian rakyatnya  dalam menyebarkan agama islam. Keberhasilan ini karena adanya  bantuan dari keraton Cirebon dengan Sultan Susuhunan Cirebon. Persahabatan diantara mereka sangat erat sehingga mereka satu sama lain saling  membantu dalam segala hal.Pada saat  melakukankunjungan  ke Padjajaran Sultan Susuhunan Cirebon menceritakan bahwa kerajaan tetangga sampai saat ini tidak mau masuk Islam, yang dimaksud kerajaan tetangga disini adalah kerajaan Talaga Manggung yang dipimpin oleh Raja Agung Palamarta Pangeran Talaga yang didampingi calon ratu keturunannya : Simbarkancana, Centang Barang dan Aki Panglurah.

SepulangnyaSultan  Susuhunan Cirebon, Prabu  Kian Santang merasa penasaran igin  mengajak  Raja Talaga Manggung untuk masuk agama islam. Prabu Kian Santang merasa bingung siapa kiranya yang tepat untuk di utus dan sanggup pergi menemani Raja Talaga Manggung itu.Pada suatu malam Prabu Kian Santang mendapat ilham dari yang maha kuasa bahwa yang paling tepat adalah orang tua yang berketurunan dari Limbangan Garut. Maka diutuslah salah seorang untuk menemui Raja Limbangan dan hasilnya ada salah satu orang yang sanggup untuk menemui Raja Talaga, kebetulan orang yang menyanggupi akan hal tersebut  adalah seorang ulama  sakti yang  masih ada kaitannya dengan Girilaya.

 Aki Seda nama ulama sakti itu mendapat tugas untuk menyebarkan agama Isam ke Talaga Manggung, selain itu Aki Seda juga mempunyai tugas untuk menyebarkan keturunanannya di daerah tersebut dan menempati daerah yang masih kosong. Kesaktian Aki Seda tidak kalah saktinya dengan Prabu Kian Santang,  Aki Seda jika melakukan sembahyangsering dilakukan diatas daun pisang yang masih utuh dan berdiri tegak (menempel pada pohon yang belum ditebang). Apabila Aki Seda menginginkan buah kelapa cukup dengan menggerakkan tangan dari bawah maka kelapa tersebut akan terjatuh.

 Aki Seda akhirnya  pergi menuju daerah Talaga Manggung dan sampailah di sebelah selatan Talaga Manggung  yang saat itu sedang terjadi peperangan dengan Tentara kerajaan dari Jogja. Meskipun tentara Jogja melakukan serangan dengan sangat kuat namun tetap saja tidak bisa melawan tenatara kerajaan Talaga, sampai pada akhirnya Aki Seda pun tertangkap oleh tentara kerajaan Talaga.

Selama Aki Seda dalam tahanan segala macam bentuk tingkah laku diperhatikan oleh Raja Talaga.  Raja Talaga menganggap bahwa Aki Seda merupakan orang yang aneh karena setiap hari sering melaksanakan sembahyanglima waktu yang diikuti dengan bacaan-bacaan yang tidak dimengerti olehnya. Karena perilaku aneh tersebut maka Aki Seda dianggap orang gila dan dia diasingkan ke hutan muncang.Untuk menuju hutan muncang Aki Seda diantar oleh Pangeran Saringsingan dari Talaga Manggung.

Di hutan muncang Aki Seda mulai tinggal dan akhirnya mendapatkan seorang wanita dari Talaga yang dijadikannya istri. Akhirnya tugas pertama dari Prabu Kian Santang dapat dilaksanakan oleh Aki Seda dan Aki Seda pun mendapatkan anak dan cucu yang semakin banyak  dari pernikahannya dengan wanita yang berasal dari Talaga tersebut. Setelah  cukup lama tinggal di tempat itu, maka Pangeran Saringsingan mendapat tugas baru yaitu mengontrol daerah yang dipakai pengungsian Aki Seda yang dianggap gila itu. Sampailah Pangeran Saringsingan di hutan Peundeuy (tumbuhan semacam petai) dan hutan pisang.Pangeran Saringsingan merasa heran karena wilayah tersebut kini dipenuhi oleh pohon pisang dan sudah ada perumahan yang di isi oleh keturunan Aki Seda.

Ketika akan memasuki perkampungan Pangeran Saringsingan terlebih dahulu melewati Gapura sederhana  dan di pinggirnya ada sebuah sumur yang sangat bening. Pangeran Saringsingan merasa haus dan ingin  memberi minum kuda nya walaupun dalam hatinya merasa aneh karena di tempat itu dahulu belum ada sumur.Pada saat minum Pangeran Saringsingan mendengar suara Adzan dari sebelah utara.Akan tetapi tidak ada seorang manusia yang ada di sekitar itu. Ketika itu Pangeran akan minum kembali  dan terdengar lagi suara yang tanpa wujud. Pangeran Saringsingan kemudian mengontrol  dan memperhatikan suara-suara yang datang dari pohon pisang, padahal suara itu adalah suara Aki Seda yang sedang shalat dengan mempergunakan ilmu kabut (haimunan).

Setelah Aki Seda selesai melakukan sembahyang barulah bertanya ke Pangeran Saringsingan tanpa menampakan dirinya :

Aki Seda                     : “Tuan mau kemana ?”                                                      

Saringsingan              : “Saya sedang diam... hey... siapa yang menyapa saya.” (Sambil melirik ke kiri dan kekanan tetapi tidak ada orang).

Aki seda                      : “Masa tuan tidak melihat saya. Katanya orang Telaga Manggung Sakti.”

Saringsingan               : ”Jangan mencela saya tidak bisa melihat.”

Aki Seda              : “Sambil tersenyum dia menampakan dirinya, sehingga dapat terlihat oleh Pangeran Saringsingan.”

Saringsingan              : “ Paingan atuh da Aki Seda ( pantas kalau begitu karena yang berbicara itu Aki Seda)               

Sebelum pergi  Pangeran Saringsingan melakukan silaturahmi dengan Aki Seda.  Namun sebelum pergi Pangeran Saringsingan beramanat kepada Aki Seda adapun amanat tersebut sebagai berikut :

” JAGANING PAGETO JAGANING SUPAGI IEU PATEMPATAN KU AKI KUDU DI NGARANAN PAINGAN DISADA, KADE KI ”

Nanti pada masa yang akan datang daerah ini harus di beri nama paingandisada”

Namun karena bahasanya yang janggal  maka oleh Aki Seda daerah tersebut diberi nama SADAPAINGAN yang saat itu termasuk kawasan hutan muncang pandak. Untuk menyebarkanluaskan  keturunannya maka  salah seorang dari masyarakat disana  diberikan tugas untuk membuka hutan dan setelah berkembang  maka wilayah tersebut di sebut dusun MUNCANGPANDAK.

Setelah Aki Seda pergi tanpa ada yang mengetahui, maka  daerah Muncangpandak yang termasuk Talaga ini di bagi dua bagian :

·         Paingandisada yang sekarang menjadi Sadapaingan, Panawangan, Ciamis.

·         Muncang Pandak yang sekarang menjadi Cinyasag, Panawangan, Ciamis.

Sumur tempat aki seda berada di Kampung Cipeundeuy yang sampai saat ini  tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau panjang.Namun setelah dilakukannya perjanjian dengan Prabu Galuh Pakuan dari Ciamis maka kini daerah Muncang Pandak, Sadapaingan termasuk salah satu wilayah dari Kabupaten Panjalu yang menjadi batas wilayahnya adalah sungai Cijolang, Gunung Madati.

Demikianlah cerita mengenai Aki Seda salah satu pendiri Desa Sadapaingan dan penyebar agama islam pertama di daerah Ciamis Utara dan merupakan orang pertama yang menjadi penyusup sebagai penyebar agama islam di daerah Kerajaan Talaga Manggung yang kedudukannya kini berada di Talaga Kabupaten Majalengka. Semua keberhasilan  ini tak lepas dari kesabaran dan ketabahan diri dari Aki Seda.

Riwayat Aki Seda

        Pada suatu pagi yang cerah panorama menyinari alamdengan  penuh kedamaian. Air bening menempel pada daun-daun yang hijau mengkilap, betapa indahnya. Pohon-pohon  besar mengelilingi sebuah bangunan, yang tiang-tiangnya terbuat dari pohon jati beratapkan kiray sangat menawan hati.

        Disini awal permulaan dimana Prabu Kiansantang mulai  naik tahta  Kerajaan Padjajaran, menanti kedatangan tamu-tamu agung Pangeran Susuhunan dari Keraton ka Cirebonan, sambil menikmati pagi hari yang cerah. Tak lama kemudian yang dinanti tersebut datang untuk mengadakan suatu musyawarah di Balairungseri, dia bertemu dengan kerabat dan penasihat dari kerajaan  Limbangan Garut, Tumenggung Menteri, Hulubalang, Rakyat hina dina sekalinya. Prabu Kiansantang pun berpesan pada tamunya, berikut pesan yang diberikan oleh baginda Prabu Kiansantang :

        " Aduhai sahabatku sekalian, selamat datang di negeri ku tercinta ini, sengaja ku mengundang sahabat-sahabatku. dan maafkan atas segala penerimaan di negeri ini besar pasak daripada tiang."

        Prabu Susuhunan cirebon dengan lembut menjawab balasan dari Prabu Kiansantang :

"Wahai kerabatku tercinta, hamba menghaturkan banyak terima kasih atas segala budi baik yang telah disampaikan kepadaku."

        "Pangeran sudah lama kita tidak berjumpa dan betapa rindunya ku  kepadamu, dan bagaimana keadaan di daerah pangeran Susuhunan pada waktu ini ? "

        Pangeran Susuhunan mendengar pertanyaan Prabu Kiansantang ,dia diam sejenak, tak lama kemudian dia berbicara.

        " keadaan negeriku saat ini dalam keadaan tenang, aman, dan tentram tiada satupun yang menggangu kedamain. Namun betapa hatiku kecewa mendengar bahwa di dekat keratonku masih bersemayam kerajaan yang tidak mau masuk agama kita yang sangat agung yakni Agama Islam."

        Prabu Kiansantang mengerutkan dahinya dan tersenyum simpul yang mengandung arti yang mendalam.

        " Aaahh, aku tidak percaya! andaikan aku boleh tahu, kerajaan manakah yang belum sealiran dengan kita ? " kata Prabu Kiansantang.

        " Kami telah beberapa kali mencoba mengirim surat ke negeri tersebut, tapi apa mau di kata mereka tetap bertahan pada pendiriannya  untuk memeluk agama Hindu. Hal inilah yang menjadi salah satu pemikiranku dan menodorong hasratku untuk pergi ke negeri padjajaran yang indah ini.”

        "Sahabatku apa yang dapat saya lakukan untuk membantumu?" Kata Prabu Kiansantang.Para tamu yang datang berhenti sejenak sambil mencicipi makanan dan minuman yang disajikan oleh puteri-puteri kerajaan padjajaran, dan kemudian Prabu Kiansantang bertanya pada pangeran Susuhunan.

       " Ooo, saya  lupa kerajaan manakah yang tidak mau mau memeluk ajaran Nabi Muhammad? " Perlu saya akui, bahwa dia memang keras kepala dan tidak mau mengikuti kita, yaitu Raja TalagaManggung."Prabu Kiansantang mengangguk-anggukkan kepala mendengar keterangan dari Pangeran Susuhunan itu.Sambil  berkata ;"Baiklah jika demikian saya  meminta nasehat dari sahabatku  yaitu Raja Limbangan." Kata Prabu Kiansantang sambil melirik pada Raja Limbangan Garut yang sudah cukup tua dan sekaligus menjadi salah satu penasihat bagi Prabu Kiansantang, dan akhirnya Raja Limbangan tersebut berkata :

        "Ampun tuanku beribu-ribu ampun, sembah patik yang hina diharapkan di ampun; dijual jauh digantung tinggi, di bakar hangus, di rendam basah. Titah duli tuanku itu teramatlah benarnya dan patik hanya dapat memberi jalan yang paling tepat menjalankan titah tuan hanyalah anak patik bernama Seda."Mendengar jawaban dari Raja Limbangan itu, betapa gembiranya Prabu Kiansantang dan Perabu Susuhunan dari Cirebon.Dan akhirnya Prabu Kiansantang menugaskan Sedapatra untuk menyelidiki kerajaan TalagaManggung dan mengemban amanat untuk menyebarkan Agama Islam di daerah TalagaManggung.

Tujuh hari kemudian Sedapatra berangkatdengan  membawa amanat yang berat karena apabila  raja TalagaManggung tidak masuk Islam  maka dia tidak di perkenankan untuk  ke padjajaran maupun ke Limbangan. Diperjalanan sedapatra  berpikir bagaimana cara yang tepat untuk menyebarkan Agama Islam di daerah tersebut bahkan kalau bisa dapat  menaklukan Raja TalagaManggung.       

Terpikirlah di benaknya, tidak ada jalan lain untuk masuk ke daerah Kerajaan TalagaManggung melainkan dengan cara menyamar menjadi seorang  pedagang.  Sesampainya di TalagaManggung dia tidak menghadap langsung pada Raja TalagaManggung, melainkan dia terus berdagang dan sedikit demi sedikit mempengaruhi masyarakat dipinggiran kerajaan.Pada saat itu sedang terjadi penyerangan dari  kerajaan mataram yang di pimpin oleh Demang Yogya. Karena takut terlibat dalam penyerangan tersebut, maka dia menjual setiap dagangannya ke dekat lingkungan keratin Talaga. Akhirnya terdengarlah ajaran yang diajarkan oleh Sedapatra oleh pihak kerajaan, sehingga Sedapatra di tangkap oleh Pangeran Saringsingan, sebelum diasingkan Sedapatra  menyerahkan surat dari Prabu Kiansantang kepada Raja Talaga.      

 Raja Talaga akhirnya Murka, setelah mengetahui  Sedapatra di siksa, meskipun disiksa Sedapatra tidak melawan dan tidak minta ampun,  karena Sedapatra  mempunyai kesaktian yang luar biasa sehingga pada akhirnya Pangeran Saringsingan merasa bosan  menyiksanya. 

" Hai Saringsingan buanglah si Seda ini ke sebuah hutan sebelah selatan negeri ini, karena hanya akan membuat negeri kita hancur dan dijajah dengan paham barunya?" kata Raja TalagaManggung.Pangeran menyembah sambil berkata :

"Titah baginda akan hamba laksanakan dengan senang hati."

"Tapi ingat bawa oleh kamu sekalian.dayang negeri ini yang memberi makan dan minum secara sembunyi-sembunyi pada waktu si Seda di tahan di sini. ". "Baiklah baginda akan saya laksanakan."

Konon di buanglah Sedapatra kepegunungan sebelah selatan Talaga di hutan belantara yang penuh dengan binatang buas.Namun dasar Sedapatra seorang yang berilmu tinggi, dia tetap bisa bertahan hidup di hutan belantara itu.Kemudian daerah ini dikembangkan oleh Sedapatra dan disebut hutan jahat atau sekarang disebut hutan jahim.      

 Setiap sore di hutan Jahim Sedapatra dengan anak atau ketrunannya suka berburu ke sebelah utara, dia sangat senang meihat perang antara pasukan Demang Yogya dengan tentara Talaga.Karena kondisi daerahnya yang teduh, indah, dan sejuk maka tempat ini sekarang disebut maniis yang berasal dari kata Paniisan (Tempat Istirahat).       

Sedapatra yang tadinya bekerja sebagai pedagang kini berubah menjadi seorang pemburu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, di perjalanan banyak kepala manusia yang terlihat  akibatdari kejamnya peperangan antara Talaga dengan tentara Demang yogya.

Adapun makam-makam keturunan Aki Seda dan Demang yogya adalah :

1.        Keramat Sukasirna       :            Buyut Mandapa

 Buyut Suradiprana

                                                             Buyut Dipasantana

                                                             Buyut Samad

                                                             Buyut Jaidah

2.        Kramat Cawene Gede   :          Dewi Andayasari

3.        Keramat Panjakalan      :          Buyut Tambak sari

4.        Kramat janggot             :          Eyang Jaga Bumi

5.        Kramat Cipeundeuy      :          Buyut Nitiwacana

6.        Leuweung Data             :          Prabu Dewantara

7.        Kramat Malinggut        :           Prabu singadipati

8.        Kramat Cisadapaingan :          Prabu Siliwangi Dewantara

9.        Kramat Pasirmindi       :           Nyi Ronasih

10.       Keramat Sinoman       :           Gunung Madati     sebagai tempat  bersemayam  Ratu

Onom, karena konon onom-onom yang ada di Rawa bak bok banjar hanya anak buahnya saja.

11.      Alun-alun                     :           Pancarasa-Pancabaya

Sejarah Pemerintahan Desa

Nama-Nama Kuwu/ Kepala Desa Sebelum dan Sesudah Berdirinya Desa Sadapaingan

No
   

Periode
   

Nama Kepala Desa
   

Keterangan

1
   

1830 s/d 1835
   

Aki Panglurah
   

2
   

1835 s/d 1850
   

Dipasantana
   

3
   

1851 s/d 1864
   

Suradiprana
   

4
   

1865 s/d 1899
   

Singawijaya
   

5
   

1899 s/d 1900
   

Ujat
   

6
   

1900 s/d 1932
   

Sastrawijaya
   

7
   

1933 s/d 1943
   

Marhali Astradinata
   

8
   

1944 s/d 1946
   

Wartadinata
   

9
   

1947 s/d 1948
   

Wikarta
   

10
   

1949 s/d 1950
   

S. Sutisnamiharja
   

11
   

1951 s/d 1953
   

Abdul Majid
   

12
   

1954 s/d 1960
   

Kartasasmita
   

13
   

1961 s/d 1969
   

Surna Supena
   

14
   

1970 s/d 1971
   

Zainal Mutaqin
   

Kartiker

15
   

1971 s/d 1980
   

K. Natawiria
   

16
   

1981 s/d 1989
   

K. Natawiria
   

17
   

1999 s/d 1995
   

E. Natasumantri
   

18
   

1996 s/d 1999
   

Aman
   

Kariker

19
   

1999 s/d 2007
   

Sutisna Wikarta
   

20
   

2007 s/d Sekarang
   

Hadi